Chapter 11 - Shiina

Chapter 11 - Shiina
Key and Padlock

"Kuharap Kazama hari ini datang membermu surprise, dan menonton konser berdua, bukankah itu akan menjadi adegan drama romansa yang luar biasa, Shiina? Kalau aku jadi dia, aku akan buat kau sampai klepek-klepek haha."
"Mana mungkin dia datang. Aku sudah muak dengan tingkah lakunya, kalau saja dia benar-benar melakukannya aku akan mnendang mukanya terlebih dahulu sebelum dia menyapaku."
"Jangan begitulah, aku tau dari lubuk hati terdalam kau benar-benar mengharapkannya datang shiin."
"Ah berisik kau! Urus saja hubungan mu dengan Menma yang tak kunjung jelas itu! Bodohnya dirimu diajak nonton bareng malah ditolak!"
"Sudah kubilang aku tidak bisa ikut konser malam ini, ada urusan lain.. Ah kenapa jadi bicarain dia sih! Udahan ah.. Have nice date ya Shiinaa, jangan lupa laporan pekembanganmu dengannya haha.." *tuuuuttt tuuuttt tuuuttt* Suara tawanya menghilang. Jintan memutuskan sambungan telepon.

"Jintan sialan, mengurus hubunganya sendiri saja belum kelar, sudah ngejahilin aku aja.. Percuma aku telepon dia buat saran, malah nambahin galau aja. Sahabat sampah emang." Aku menutup handphone flip ku, kemudian berlari ke lorong stasiun kereta api. Aku hampir ketinggalan kereta ke Taman Kota.

Hari ini aku akan mengunjungi festival di Taman Kota. Ada konser musik di sana. Awalnya aku tidak tertarik untuk menghadirinya, namun beberapa hari sebelum konser dimulai aku melihat postingan *ehem* pacarku *ehem* Kazama, memfoto tiket konsernya ke media sosial. Kemudian aku tertarik ikut konser, berharap bertemu dia di konser itu. Meski hanya bertemu saja, aku sudah senang. Karena kami berdua sudah jarang sekali bertemu. Hubungan kami sungguh rumit, aku tidak paham dengan hubungan kami ini. Kami memiliki rasa saling suka, tapi jika dikatakan kami berpacaran -tidak, kami tidak bisa dikatakan berpacaran. Kami lebih mirip seperti pasangan yang lagi berantem. entahlah aku pusing memikirkannya.

Kereta yang menuju ke taman kota melaju dengan cepat. Aku melihat ke luar jendela. Warna-warni cahaya festival terlihat mengikuti jalur rel kereta yang menuju ke taman kota. Kelap-kelip. Tapi langit tampak sedikit suram, awan abu-abu menutupi langit. Bulan terlihat separoh menggelantung di antara awan, malu-malu memancarkan cahayanya. Dan tiba-tiba etes hujan pertama jatuh, tepat di jendela kereta. Diikuti butiran lainnya. Gerimis kecil. Butiran air itu secara tiba-tiba membawa sebuah kenangan yang lalu. Aku ingat, dua tahun yang lalu.

Dua tahun yang lalu. Hujan gerimis. Aku lupa membawa payung. Dari sekolah aku berlari ke stasiun kereta dengan basah. Segera menaiki kereta yang menuju rumah. Dan membasahi lantai kereta. Tiba-tiba seorang anak lelaki seumuranku, menawarkan handuk kecilnya untuk mengeringkan badanku. Aku menerimanya, kemudian mengeringkan rambut dan tasku. Lalu aku duduk di sebelahnya, berkenalan, Namanya Kazama, ternyata dia satu sekolah denganku. Rumahnya juga dekat denganku, tak heran kami bertemu di kereta yang sama. Kami berbicara banyak hal selama perjalanan. Dan kemudian setiap hari kami pulang bersama-sama. Kami semakin dekat.

Ya, itu kenangan yang sangat manis. Pertama kali aku bertemu dengannya. Kuharap dia selalu seperti itu. Sekarang juga, kuharap dia masih anak lelaki yang menawarkan handuk kecilnya.

Tiba-tiba gerimis kecil tadi semakin lebat. Awan hitam merapatkan barisannya. Gerimis menjadi hujan. Sesekali kilatan petir terlihat menyilaukan. Suasana menjadi dingin. Aku memeluk tubuhku sendiri, menghangatkan diri, aku lupa membawa jaket. Sungguh perubahan yang sangat cepat. Padahal ramalan cuaca pagi tadi mengatakan seharian ini akan cerah. Jadi aku memang tidak membawa jaket ataupn payung.

Dan sepertinya cuaca hari ini sama denganmu. Setelah semakin dekat, entah kenapa tiba-tiba anak lelaki itu berubah sifatnya. Kami sudah tidak pernah satu kereta lagi. Kami sudah tidak pernah bicara lagi. Kami jarang bertemu. Aku heran dengan tingkahnya itu. Aku pernah ingin menanyakan itu padanya, tapi dia tidak menjawabnya. Ada sesuatu yang dia sembunyikan. Dan aku tidak tau itu apa.

Kereta sampai di stasiun kota. Aku turun dari kereta, dan segera berlari menuju taman yang hanya berjarak beberapa meter dari stasiun. Meskipun hujan masih deras, tapi aku tak peduli, aku akan melewatinya. Aku tidak ingin terlambat datang di konser itu.

Aku melewatinya, aku tak peduli dengan derasnya hujan. Aku akan tetap menunggunya meski sifatnya sudah berubah. Meski dia mulai cuek padaku, mulai tidak peduli denganku. Mulai melupakanku. Tapi aku akan tetap bertahan.

Di taman mereka memasang tenda besar, seperti tenda sirkus. Hujan lebat ini tak ada apa-apanya bagi konser itu jika sudah dipasang tenda besar. Aku masuk ke dalam tenda. Konsernya ternyata sudah dimulai sedari tadi. Aku sedikit terlambat. Tapi tak apa, lagipula tujuanku bukan menonton, aku hanya ingin mencoba bertemu dengannya.

3 jam berlalu.

Sial
Dimana dia. Kenapa sedari tadi aku tak melihatnya..
Ini mulai menyebalkan. Dan aku malah bertemu dengan Menma, pacarnya Jintan sahabatku. Dia bertiga dengan temannya yang tampaknya pacaran juga. Aku malah prihatin melihatnya seperti obat nyamuk. Ah. Ini sungguh menyebalkan, aku malah prihatin kepada Menma, dan bukan prihatin kepada diriku sendiri.

4 jam berlalu

Aku mulai bosan. Kemudian iseng chat dengan Jintan.
"Menma kasihan tuh sendirian"
"wkwk, udah biarin aja"
"lah dasar, kardus wkwk"
"biarin ah, ngurusin banget si.. btw gmn Kazama? sudahkan pangeran menjemput putrinya?"
"G"
"yaelah, yaudah kl nggak mau bahas dia, aku mau tidur dl dah.. gudluk Shiina"
Seperti biasa Jintan pandai membuatku kesal. Kenapa pula aku chat Jintan, ini hanya memperburuk suasana.

Hampir tengah malam. 23.30
Aku lelah
Sudahlah, aku benci ketidakpastian
Aku segera berdiri dari kursi, menuju pintu keluar. Berjalan di taman sebentar. Melihat langit yang mulai cerah kembali, dan suasana kota yang masih ramai meski sudah tengah malam. Ini menyebalkan. Kenapa dia ada di konser tadi sih. Menyebalkaaann!! Aku tiba-tiba bereriak, refleks. Orang-orang sekitar melihatku aneh. Ah sial. Apa yang aku lakukan. Lagipula aku sudah sering diperlakukan seperti ini. Ketidakpastian. Menunggu. Apapun itu, aku seharusnya sudah terbiasa.

Sudahlah, ini sudah tengah malam. Aku harus pulang. Aku melangkah ke stasiun, namun tiba-tiba ada yang menarik tanganku. Aku terhenti sejenak. Menoleh kebelakang. Tak kusangka yang kucari-cari tiba-tiba datang di akhir. Ketika aku hampir putus asa. Ketika aku mulai lelah dengan semuanya. Dia tersenyum. Wajahnya bersinar terkena sorotan lampu mobil. Dibawah langit yang mulai cerah lagi. Diatas rumput hijau yang basah. Aku membeku. Tak percaya bahwa itu benar-benar Kazama. Dia kemudian membuka mulut, menyapa..
"Halo Shiina. Long time no see, rite?"
....
Sungguh menyebalkan anak lelaki ini. Aku menangis. Kemudian memeluknya. Tanpa bicara apapun.
"Hahah.. Kau ini kenapa?"
pertanyaannya membuatku kesal
"Apanya yang kenapa? Kamunya itu yang kenapa?! Kamu kemana aja hah!"
"Kok jadi marah.. Aku nggak kemana-mana kok, Shiin."
"Kamu tuh hilang begitu saja tau! Dan tiba-tiba hari ini muncul! Maksudmu apa hah! Mending gak usah keliatan lagi sekalian napa!"
"Ya bagaimana lagi, Shiin. Aku harus bertemu denganmu hari ini. Aku gak mungkin ninggalin hari spesial ini."
"Hah...??" aku bingung. Apa maksudnya?

Kazama hanya tersenyum. Tidak membalas apapun. Kemudian dia memberiku bungkusan kecil. Aku hanya terdiam tidak paham. Kubuka isinya secarik kertas, dan kalung. Berbentuk key dan padlock.
"Couple. Yang satu untukmu, dan yang satunya lagi, untukku." dia mengambil satu kalungnya. Memakainya. Kemudian dia memakaikan yang satunya untukku. Aku masih diam. Membeku. Tak percaya bahwa ini benar-benar Kazama. Seingatku dia tak pernah se romantis itu.

"Coba baca kertasnya."
Aku mengambil kertas yang ada di bungkusan
Membacanya.
Isinya panjang.
tapi yang sangat aku ingat adalah 'Jangan takut Shiina. Jangan takut hati ini akan tertukar. Hati ini hanya kamu yang bisa membukanya. Padlock ini hanya key mu yang bisa membukanya. Pun jangan takut untuk merasa sepi, sendiri. Karena sesungguhnya aku ada dekat denganmu, aku ada di kalungmu.'

Selesai membacanya, aku baru sadar bahwa Kazama sudah berjalan pergi. Dia sudah hilang lagi.
Ah
Padahal aku belum sempat mengucapkan terimakasih
atau terlihat terharu, sedari tadi aku hanya mematung
mungkin aku harus bertemu dengannya besok disekolah

Esoknya

"Kazmaa! Terimakasih buat semalam, aku terharu"
"Hah, Terimakasih apanya, aku tidak melakukan apapun semalam"
"Hah.. Lah kemarin kamu kan..."
"Dasar aneh!" Kazama kemudian pergi
Hah. Apaan neh. Dia balik ke sifat awalnya lagi. Menyebalkan.

Tapi saat itu aku melihat cahaya memantul dari dekat dadanya. Kalungnya memantulkan cahaya matahari yang menembus jendela koridor kelas. Syukurlah jika kejadian semalam benar-benar terjadi, dan bukan mimpi.

Dia memakai kalungnya hari itu
dan hari-hari selanjutnya
dan kapanpun
paling tidak itu membuatku merasa tenang
dan yakin bahwa dia tetap bersamaku


-FIN-


Special story for Shiina dihari spesialnya. Maaf telat beberapa jam xD
Congratz for surviving till this year anyway, ikut bahagia kamu masih hidup :v
*dah itu aja, u know aku gk peduli sama ultah2an wkwk*

Komentar

  1. Ini tulisan favoritku :))
    keren banget aku bisa bikin cerita ala-ala wattpad hahah.

    BalasHapus

Posting Komentar