Masuk ke Dunia Desain sebagai Mahasiswa: How to Poster Ilmiah

Poster Ilmiah menjadi salah satu cabang favorit saya untuk nyari duit di UGM. Di angkatan Farmasi 2017, kayaknya yang bidangnya poster ilmiah saya doang hahah, kebanyakan pada main di cabang poster populer. Aku pribadi malah ngga begitu suka poster populer karena ngga pinter bikin animasi-animasi yang lucu dan eye-catching. Hal tersebut yang ngebuat diriku yang baru sekali menang poster ilmiah, dijadiin referensi dong di Farmasi UGM :(. Pernah jadi juri lomba poster di kompetisi level SMA yang diadain gabungan FK-KMK, FKG dan Farmasi UGM. Pernah juga jadi pengisi acara Hari Ilmiah Farmasi buat cabang poster ilmiah buat ngasi semacam tips dan trik.

To be honest, skillku di desain masih kentang sebenernya hahah. Di PIMNAS 32 kemarin posterku juga ngga dapet medali apa-apa hahah. Disini aku hanya akan sharing seputar gimana sih Naufal mbuat poster ilmiah nya.

1. Persiapkan konten
Sebelum mulai bikin posternya, pastiin konten yang mau koe buat poster udah siap. Makna siap disini adalah sudah disingkat untuk dimasukin di poster. Kalimat panjang seabrek yang ada di artikel ilmiah atau paper yang koe buat harus dijadiin ringkas. Dari yang panjang setengah atau satu halaman harus dijadiin satu atau dua kalimat aja. Misalnya kayak gini:
From this

to this

Yak. Cukup masukkan data penting aja. Misalnya hasil penelitian ku ada data ekstraksi dan profil fitokimia. Cukup jelasin 1) metode ekstraksinya apa (maserasi), pakai apa (alkohol 70%) hasilnya berapa (rendemen 4,46% b/b), 2) metode nyari profil fitokimianya apa (KLT fase gerak dan fase diam), hasilnya apa (Rf 0,77). Sesuaiin dengan data yang koe mau highlight. Semakin bagus kalau koe bisa nampilin datanya dalam grafik, ilustrasi, foto dll biar lebih berwarna.

Akan lebih baik kalo sebelum koe mulai ndesain poster, semua bahannya udah siap dan sudah di rangkum biar mempercepat kerjamu nantinya pas di depan laptop. Koe bisa jadiin rangkumannya dalam satu file, termasuk gambar/ilustrasi apa aja yang mau ditampilin. Cara kayak gini juga membantu buat mastiin bahwa konten yang mau koe pakai itu terlalu sedikit atau terlalu banyak buat dimasukin di poster. Kalau terlalu sedikit, koe bisa mengakali dengan masukin 'hiasan' yang gede, space yang lebih banyak atau memperbesar ilustrasi. Kalau kontennya kebanyakan, koe bisa merangkum ulang kontennya biar lebih sedikit, memperkecil/menghilangkan ilustrasi yang kurang esensial atau mengatur tata letak biar lebih rapat tapi tetap estetik.

2. Pahami guideline dari panitia
Panitia yang baik akan menjelaskan ke koe aturan-aturan apa aja yang ditetapkan buat poster ilmiah. Aturannya bisa berupa isi poster (judul, abstrak, latar belakang, metode, hasil dll), dimensi poster (A0, A1, A2, A3 dll), aturan lainnya misal apakah boleh memasukkan logo universitas asal (contohnya di kompetisi poster di kampus), aturan harus menyantumkan kode urutan poster (biasanya di conference) dan lainnya.
Contoh poster dengan aturan pemberian nomer urut poster (P 2256)

Perhatikan juga event yang koe ikuti itu levelnya apa, yang ngadain siapa, dan biasanya orang-orang ndesainnya kayak gimana. Contohnya poster diatas ini, disini aku baru tau kalau ternyata stylenya poster buat conference itu beda gais, dia lebih simpel dan berkesan lebih 'profesional'.  Akan sangat lucu kalau koe masukin poster ala-ala PIMNAS untuk sebuah conference internasional di luar negeri yang desainnya pada simpel-simpel semua, bakal kelihatan norak sekali hahah.
kiri: conference. kanan: PIMNAS

Jelas ya bedanya? Kalau poster ilmiah untuk conference, publikasi ilmiah buat level profesional, atau poster skripsi disertasi itu desainnya lebih simpel. Kalau poster ilmiah untuk kompetisi di kampus level regional/nasional dan PIMNAS stylenya lebih menariq dan banyak ilustrasinya.
Fun fact: Ketika kemarin aku ndesain poster buat conference dan sharing sama dosen yang S2 di Jepang, beliau cerita kalau mahasiswa Jepang kalau bikin poster pakainya power point. IYA POWER POINT YANG BUAT PRESENTASI ITU WKWK. Kata mereka akan wasting time kalau pakai corel. Toh desainnya juga simpel-simpel gitu. Disitu aku baru sadar, skill desain orang-orang di Indonesia kayaknya udah keren banget yak wkwk. Tapi kalau konteksnya untuk conference yang poin utamanya adalah isi dari penelitian, bukan estetika poster, aku rasa mereka bener juga sih. Desain poster ngga harus bagus-bagus amat, yang penting konten penelitiannya.

3. Nggambar di kertas
Ini opsional sih, kalau aku selalu mulai dengan nyoret-nyoret di kertas untuk desain awalnya. Cara ini ngebantu diriku buat lebih efektif nanti pas di depan laptop. Karena akan wasting time sekali kalau langsung mainin corel tanpa tau mau ngapain hahah. Nyoret-nyoret di kertas juga bisa bantu nyari inspirasi. Koe bisa sambil nyari referensi di internet soal tata letak poster ilmiah, banyak kok contoh poster ilmiah di internet. Pro tip: Ambil referensi dari poster-poster PIMNAS, itu desainnya bagus-bagus dan kalau koe bisa adaptasi dari situ buat diikutin lomba poster ilmiah di kampus, percayalah nilai postermu bisa tinggi :)

Sketsa poster yang aku ikutin ke PIMNAS, style 1

Sketsa poster yang aku ikutin ke PIMNAS, style 2

Dulu waktu aku nyiapin poster ilmiah untuk poster PIMNAS, aku mulai dari nyoret-nyoret di kertas sambil ngeliat contoh poster PIMNASnya UGM yang dapet medali. Dari dua desain awal itu, jadinya adalah kayak gini:
Jadinya aku ngegabungin kedua desain hasil coret-coret di kertas hahah.


3. Font, Color, dan hal-hal dasar desain lainnya.
Untuk bagian ini koe bisa nyari referensi yang lebih baik dari situs lainnya, karena disini aku cuma mau bahas dikit aja berdasarkan pengalaman karena aku emang ngga punya latar belakang DKV hahah.

a. Font: Font untuk judul lebih fleksibel, koe bisa pakai font apa aja. tapi kalau untuk isi, pakai keluarga sans serif, kenapa?
kiri: serif, kanan: sans serif

serif cocoknya untuk tulisan teks kayak di buku, kalau poster pakainya sans serif yang lebih ringan (atau apalah istilahnya wkwk, cari aja di situs desain lain ya biar lebih paham wkwk)

b. Color: pakai 2-3 warna aja, ngga perlu banyak-banyak.
poster dan color palette yang digunakan

Warna yang koe pilih bisa merujuk pada sesuatu atau ngga ngerujuk ke apa-apa. Misal poster yang paling kiri pakai color palette hijau karena logo organisasinya emang hijau. Poster tengah pakai kombinasi warna cokelat karena penelitiannya tentang kopi. Sedangkan poster paling kanan warnanya ungu karena.. ngga karena apa-apa sih wkwk. Yang paling kanan warna yang aku pakai ngga ngerujuk ke apa-apa. Pemilihan warna bisa digunakan juga untuk meng-highlight bagian penting di postermu, memisahkan antar bagian (misal sub-bab dengan isinya), atau untuk menambah estetika. Yang terpenting pastikan warna yang koe pakai ngga ngebikin konten dari postermu susah kebaca.

c. dan lain-lain
untuk lebih jelas dan detailnya, koe bisa baca situs ini: www.makesigns.com/tutorials/. Disitu udah dijelasin detail sekali soal poster ilmiah :)

4. Berbagai macam cara mempresentasikan konten
Ada banyak cara untuk koe menampilkan konten ke dalam poster. Misal sub-bab metode, koe bisa nampilin melalui: 1) kalimat, 2) flow chart, atau 3) gambar. Misal latar belakang, koe bsa nampilin melalui: 1) kalimat, 2) infografis, 3)dan lainnya.
Menampilkan latar belakang dengan infografis

Menampilkan latar belakang menggunakan kalimat deskriptif

Menampilkan metode dengan gambar dan deskripsi

Menampilkan metode dengan diagram alur

Yup ada banyak cara untuk menampilkan sebuah konten. Ngga terbatas yang aku contohin di atas. Koe bisa nyari referensi di internet. Mana yang paling bagus? apakah infografis lebih bagus dari kalimat deskriptif saja? Tidak selalu. Kembali lagi ke style yang koe pakai, fungsinya seperti apa. Kalau koe jago ngedesainnya -seperti pemilihan font, warna dan tata letak yang tepat, kalimat deskriptif doang bisa bagus kok. Anw itu yang aku contohin termasuk katagori jelek ya wkwk. Itu hasil desain awal-awal ku. Ada satu poster PIMNAS 30 yang latar belakangnya cuma tulisan aja, tapi karena emang pemilihan font dan warnanya tepat hasilnya bisa bagus. Dan dia dapet medali emas untuk poster.

5. Mock-Up purwa rupa produk hasil penelitian
Aku biasa ngasi desain mock-up purwa rupa dari produk hasil penelitian. Itu cukup mempercantik posternya sih. Farmasi sering banget penelitian yang hasilnya sediaan obat: misalnya sirup, evervescent, tablet dan lainnya.
Mock-up Nanoemulsi

Mock-up effervescent

Di internet ada banyak sekali template mock-up dengan ekstensi .psd yang bisa kamu unduh. Search aja di google "mock-up [produk]", misalnya "mock-up syrup","mock-up effervescent" dan lainnya. Ada yang gratisan, ada juga yang mbayar. Misalnya yang untuk nanoemulsi itu gratisan, sedangkan yang effervescent kemarin aku mbayar. Mbayarnya bisa pakai paypal.

6. Kerjasama tim
Buat koe yang jadi budak desainnya, pastiin kalau koe sudah mendapatkan job desk dengan adil. Kerjaan ndesain poster ilmiah bagiku itu pekerjaan yang akan memakan waktu lama. Poster ilmiah ngga mungkin bisa selesai dalam satu dua jam apalagi kalau koe bener-bener mulai from scratch tanpa template sebelumnya. Buatku pribadi kadang kerjaan desain bisa bikin stress dan marah-marah sendiri wkwk. Kerjasama disini jadi penting agar supaya kerjaan kalian bisa optimal melalui pembagian tugas yang tepat. Pengalaman yang sering aku dapetin adalah aku yang ngedesain, aku juga yang ngerangkum konten. Sering banget orang-orang ketika ngasi konten itu masih panjang sekali. Mereka asal copy paste dari artikel, nek artikelnya bahasa inggris, dia bakal copy paste dari google translate. Kan kesel yak wkwk. Akhirnya aku kudu ngambil satu dua kalimat sendiri, nyari bagian mana yang kudu di-highlight dan itu bikin kerjaan jadi ngga efektif sih. Jadi pastikan koe sebagai yang ngedesain, udah ngebriefing temenmu untuk ngerangkum artikel ilmiahnya seperti apa, berapa kalimat, dan bagian apa yang kudu di-hightlight. Sembari nunggu temenmu selesai ngerangkum, koe bisa mulai nyicil desain awalnya.

7. Satu template bisa diikutin beberapa event
Ini yang seru dari poster ilmiah. Koe bisa ngeikutin template poster yang pernah koe buat untuk beberapa event/kompteisi. Itu yang selama ini aku lakukan sih wkwk, soale males mbuat desain lagi :((
PKM 2018 - TMSC 2019 - Hypothalamus 2019 - PIMNAS 2019 - BICFH 2019

Aku menggunakan template yang sama sejak 2018 sampai sekarang. Sebenrnya ini cara yang buruk sih karena kreativitasmu ngga akan berkembang wkwk. Saranku koe nyiapin beberapa template, jadi ngga cuma satu, yang bisa koe ikutkan ke berbagai macam event.

8. Practice make perfect
Semakin banyak jam terbangmu, akan semakin bagus karyamu. Bisa dilihat sih contoh di atas perkembangan desainku dari 2018 ke 2019 seperti apa. Practice make perfect juga berarti koe jangan menjadi deadliner saat mbuat suatu poster supaya koe punya waktu untuk merevisi kalau ada yang salah.
Ketika persiapan PIMNAS 32 kemarin, aku pribadi udah nyiapin template posternya bahkan sebelum pengumuman masuk PIMNAS wkwk, dulu niat banget sih emang. Desain awalnya beda dengan yang sekarang, karena setelah masuk PIMNAS kita dikarantina untuk persiapan dan aku revisi berkali-kali untuk satu poster doang sampe punya beberapa versi hahah :"
Berapa revisi? ratusan~


Itu beberapa tips yang aku berikan berdasarkan pengalaman selama ngentang desain poster ilmiah hahah. Monggo yang mau diskusi boleh banget, minta saran soal desain atau lainnya. Aku pribadi udah memutuskan untuk pensiun dalam lomba-lomba poster ilmiah jadi akan terbuka buat ngasi saran dll. Sekarang paling cuma bikin poster buat conference kalau diminta dosen atau temen.

Komentar