Mengintip Kotak Pandora Masa Depan Dunia Pelayanan Farmasi

    Masa depan sudah didepan mata. Siap atau tidak, akan banyak hal yang berubah seiring dengan berlarinya waktu. Belajar dari sejarah, berbagai perubahan sudah terjadi dan akan terus terjadi. Ada masanya ketika manusia melakukan segala hal dengan tenaga sendiri. Kemudian mereka mulai menggunakan bantuan hewan untuk mengangkut barang. Setelah itu menemukan teknologi tenaga uap yang meningkatkan mobilitas umat manusia. Tidak puas dengan tenaga uap, manusia menemukan listrik dan mulai membuat bumi bersinar dengan nyala lampu. Setelah itu muncul internet yang menimbulkan globalisasi. Dan kini, melalui Hannoover Fair pada tahun 2011, umat manusia disadarkan bahwa manusia telah masuk era baru bernama era revolusi industri 4.0. Era ini merevolusi dunia digital yang ditandai dengan munculnya teknologi-teknologi baru, seperti artifical intelegence, FinTech, sharing economy, e-commerce, big data dan inovasi buatan manusia lainnya. Inovasi baru ini langsung berpengaruh pada hampir semua sektor kehidupan manusia, yang tentunya mendistrupsi teknologi pada masa sebelumnya.

    Sektor yang berhasil dipengaruhi oleh revolusi industri adalah pada sektor manufaktur, ekonomi, transportasi, dan banyak lagi. Di kehidupan sehari-hari, kita sudah dapat merasakanya secara langsung. Kita biasa membeli barang lewat e-commerce seperti Bukalapak atau Tokopedia. Kita juga sudah biasa pulang pergi kampus dengan Gojek. Kita juga sudah biasa membeli tiket pesawat melalui Traveloka. Namun, kita mungkin belum merasakan dampak dari revolusi industri 4.0 di bidang kesehatan. Ketika kita sakit, kita masih mengunjungi rumah sakit seperti biasa. Ketika kita ingin membeli obat, kita masih mengunjungi apotek seperti biasa. Namun, nyatanya di negara maju sebenarnya sudah mulai terjadi revolusi di bidang kesehatan. Hanya saja Indonesia memang belum terpengaruh dampaknya. Oleh karena ini, mari kita mengintip revolusi apa yang sudah terjadi diluar sana, khususnya di bidang pelayanan farmasi. Sembari mempersiapkan apa yang seharusnya tenaga kesehatan persiapkan agar tidak terdisrupsi oleh perubahan yang terjadi.

PillPick – Otomasi Apotek

Petugas medis sedang mengisi ulang stok obat pada PillPick.
sumber: https://www.swisslog-healthcare.com/

    Selama ini kita mengenal apotek adalah sebuah toko obat dengan apoteker atau asisten apoteker yang bekerja disana. Apoteker membaca resep dan meracik obat serta asisten apoteker membantu mengambilkan obat-obatan dari lemari penyimpanan. Cara ini sudah dilakukan sejak dahulu kala dan boleh jadi bentuk apotek sudah seperti ini sejak pertamakali didirikan dan belum pernah berubah. Namun, pada tahun 2011 yang lalu terjadi inovasi luar biasa pada sebuah apotek di San Fransisco. Apotek ini berada di University of California San Fransisco (UCSF) Medical Center. "Otomasi apotek menyederhaakan proses penyampaian obat dari resep kepada pasien," ungkap direktur pharmaceutical services of UCSF Medical Center yang dikutip dari situs resmi UCSF. Dalam membangun otomasi apotek ini, pihak universitas bekerja sama dengan perusahaan teknologi asal Switzerland, Swisslog. Teknologi yang dibangun adalah berupa dispensing dan packaging obat yang diberi nama PillPick.

    Untuk menggunakan PillPick, farmasis terlebih dahulu memasukkan obat-obat dari lemari penyimpan ke dalam sistem PillPick. Obat tersebut akan disimpan pada tempat khusus dengan barcode. Kemudian PillPick akan mengambil obat perunit dan dimasukkan pada tempat plastik khusus yang diberi barcode yang berisikan data informasi obat tersebut. Pada saat pasien datang, farmasis memasukkan perintah secara digital kepada PillPick dan kemudian PillPick mengambil obat sesuai yang diperintahkan. Obat-obat tersebut disatukan dengan gelang plastik yang disebut PickRing supaya mudah diberikan kepada pasien. Setelah itu obat diberikan kepada pasien.

    Keunggulan dari teknologi PillPick ini adalah pada kecepatan, keakuratan, dan sterilitas. PillPick dapat mendispensing lebih dari 10.000 dosis dalam sehari. Tentunya lebih cepat jika dibandingakan dengan tenaga manusia. PillPick juga sangat teliti dalam pekerjaannya, pada setiap tahap seperti pengambilan obat, packing obat per dosis hingga packing dalam RingPick selalu dilakukan pengecekan sesuai barcode. Apabila terjadi kesalahan maka obat tersebut langsung dikeluarkan dari sistem. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari medication error yang tentunya membahayakan bagi pasien. Dikutip dari cnbc.com, PillPick berhasil melakukan 350.000 peresepan tanpa kesalahan. Sebagai perbandingan, rata-rata seorang farmasis melakukan kesalahan 1,7% dari obat yang diresepkan, atau dalam kata lain total kesalahan resep di Amerika Serikat selama setahun bisa mencapai 50 juta medication error (Steiner, 2012).  Selain itu, PillPick juga berdampak pada higeinitas obat yang dibuat. Dengan menggunakan PillPick, obat yang akan diberikan kepada pasien dapat lebih steril karena dalam proses dispensing minim campur tangan manusia.

PillPack – Dapatkan obatmu di depan pintu rumah

Kemasan inovatif  PillPack. sumber: https://www.businessinsider.com/

    Dalam beberapa kasus penanganan medis, pasien terkadang diharuskan untuk mengkonsumsi obat dalam jumlah banyak atau mengkonsumsi obat dalam waktu yang lama. Hal ini dapat merepotkan pasien karena harus datang ke apotek dengan frekuensi yang cukup sering. Apalagi bila dalam mengunjungi apotek pasien mengalami pengalaman buruk, seperti antrian yang panjang dan perjalanan yang jauh. Selain itu, pasien juga kerepotan ketika harus mengatur konsumsi obat yang banyak dan harus dikonsumsi tepat pada waktunya. Akibatnya, terlupa untuk mengkonsumsi obat dapat terjadi dan tentunya akan membahayakan kesehatan pasien. Dengan latar belakang inilah, PillPack hadir sebagai solusi.

    PillPack adalah sebuah perusahaan rintisan di bidang medis yang melayani seluruh layanan apotek sekaligus mengantarkan obat yang sudah dikemas dengan dosis sekali minum lengkap dengan informasi yang mendukung. “PillPack memudahkan setiap pelanggan untuk mengambil obat tepat waktu dan hidup lebih sehat,” ungkap CEO PillPack, TJ Parker pada laman berita CNBC. Serasi dengan yang diungkapkan oleh Parker, PillPack memang benar-benar memudahkan pasien. Dengan PillPack, pasien tidak perlu pergi ke apotek untuk membeli obat. Cukup dengan aplikasi PillPack, pasien dapat memesan obat. PillPack juga melayani obat resep dengan menunjukkan resep dokter. Kemudian PillPack akan menyiapkan obat dengan packing per konsumsi lengkap dengan waktu dan informasi obat. Obat-obat tersebut akan dimasukkan kedalam kotak yang mudah dibawa. Dengan mengantongi lisensi pengantaran obat di 50 negara bagian Amerika Serikat, PillPack akan mengantar obat yang dipesan hingga tepat di depan pintu rumah, tanpa mengantri, tanpa bermacet di jalan raya. Pada pasien yang membutuhkan obat dalam jangka waktu lama, PillPack akan secara otomatis mengantarkan dosis obat baru sebelum stok obat pasien habis. Jika terdapat masalah atau pertanyaan seputar obat, farmasis PillPack siap untuk ditelpon 24 jam dalam sehari.

IBM Watson Health – Potensi besar teknologi kognitif

    IBM Watson adalah sebuah terobosan besar di bidang ilmu pengetahuan. Temuan terbaru IBM ini merupakan cognitive computer system yang membuat komputer dapat berpikir seperti manusia. Kemampuan IBM Watson dibuktikan pada acara kuis televisi terpopuler di Amerika Serikat, Jeoprady! Challenge, pada tahun 2011. Acara ini adalah sebuah kuis dengan topik sejarah, sastra, politik, ilmu pengetahuan, seni dan hiburan. Selama acara tersebut, IBM Watson tidak terhubung internet dan hanya menggunakan data yang dimilikinya. IBM Watson menggunakan fitur machine learning dan juga statical analysis serta natural language processing untuk mengolah informasi yang tersedia. Membandingkan seluruh data acak dan menentukan jawaban kurang dari 3 detik. Pada saat itu, IBM Watson memenangkan pertandingan melawan 2 pemain tersuskes sepanjang sejarah Jeoprady.

    Dengan kemampuan mengolah data yang luar biasa, IBM Watson memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam bidang kesehatan. Untuk itu, IBM Watson dikembangkan menjadi IBM Watson Health. Dengan kemampuan analitik dan kognitifnya, IBM Watson Health mampu mengolah berbagai data kesehatan yang ada di seluruh dunia, secara cepat dan selalu update. Data tersebut dapat terdiri dari rekam medis, clinical trial, jurnal penelitian, informasi dari pasien, dokter, rumah sakit, peneliti dan perusahaan farmasi. Beragam data tersebut digabungkan menjadi satu thinking hub yang disimpan dalam cloud. Kemudian diolah dan disampaikan kepada dokter untuk menangani pasiennya. Dokter dapat mengetahui riwayat penyakit pasien dan keluarganya, kondisi sepanjang waktu denyut nadi maupun detak jantung yang direkam oleh smart watch maupun perangkat cerdas lainnya. Setelah itu IBM Watson Health memberikan rekomendasi penanganan terbaik, termasuk memberi obat pengganti apabila pasien ternyata memiliki alergi obat tertentu. Dengan cara ini, pasien mendapatkan penanganan yang tepat dan sesuai dengan yang dibutuhkan.

    Seorang profesor sejarah, Yuval Noah Harari, dalam bukunya Homo Deus, berpendapat mengenai potensi yang dimiliki IBM Watson. Pendapat Yuval ini menentang argumen keunggulan manusia dibandingkan robot, yaitu pada sentuhan manusiawi seperti misalnya perasaan. Yuval menuliskan bahwa IBM Watson memiliki potensi untuk menggantikan tenaga kesehatan seperti dokter dan farmasis dalam berkomunikasi dengan pasien. Mengapa hal ini bisa terjadi?

    IBM Watson dapat menganalisis berbagai data yang ada, seperti data detak jantung, aktivitas otak, tekanan darah dan beragam data biometrik yang direkam oleh smart watch atau perangkat pintar lainnya. Melalui beragam informasi tersebut IBM Watson bisa mengetahui emosi pasien, apakah marah, sedih, takut atau senang. IBM Watson dapat menganalisis suara dari pasien dan menentukan kepribadiannya, apakah introvert, ekstrovert, pemberontak atau mandiri. Berkat data statistik yang didapatkan, serta pengalaman berinteraksi sosial dengan jutaan pasien lain, IBM Watson dapat memberitahu informasi kepada pasien dengan intonasi nada dan suara yang tepat. Cara ini lebih baik dibandingkan kemampuan manusia yang hanya bisa menebak emosi pasien melalui raut wajah dan nada suara. Selain itu, manusia juga dapat bertindak secara subjektif dan dikendalikan oleh emosi mereka sendiri. Seperti misalnya ketika menghadapi pasien yang marah, maka nada suara dokter dapat naik. Hal ini tentunya tidak akan terjadi pada IBM Watson, karena ia hanya robot yang tidak memiliki perasaan, kan?

Masa depan farmasis

    Bayangkan ada sebuah sistem yang menggabungkan ketiga inovasi diatas. Sebuah apotek yang seluruhnya bergerak secara otomatis, hanya ada beberapa manusia yang mengawasi sistem dan bagian yang memang belum bisa digantikan oleh robot. Apoteker yang berhubungan dengan pasien bisa digantikan IBM Watson yang dapat berkomunikasi dengan baik kepada pasien sesuai karakter dan emosinya, sekaligus menganalisis resep obat yang diterima menggunakan seluruh data yang dimiliki dunia secara realtime dan update. Apoteker yang melakukan dispensing dapat digantikan dengan sistem PillPick yang bukan hanya cepat, tetapi juga teliti dan higienis. Delivery services dapat dilakukan oleh PillPack, tinggal menunggu teknologi drone pengantar barang otomatis milik Amazon atau mobil otomatis milik Google siap diluncurkan.

    Melihat perkembangan teknologi yang semakin luar biasa, tentunya muncul pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita. Dimana farmasis akan bekerja jika semua digantikan oleh robot? Haruskan kita takut terhadap perkembangan ini? Tentu saja tidak. Inovasi-inovasi tersebut membawa masa depan cerah dunia kesehatan, mengapa harus ditakutkan? Bukankah kesehatan pasien harus diprioritaskan? Ketelitian PillPick, ketepatan analisis IBM Watson dan mobilitas PillPack untuk diantar kemana saja tentu menjadi kemajuan positif bagi pelayanan kesehatan khususnya dalam dunia farmasi. Kemajuan ini semestinya disambut dengan baik sembari mempersiapkan SDM yang relevan. Penyesuaian pendidikan dengan dimasukkannya ilmu teknologi diperlukan untuk mempersiapkan farmasis yang siap berkontribusi di era revolusi industri atau era-era yang akan datang.

    Umat manusia sudah memulai membuka kotak pandora yang berisi hadiah perkembangan ilmu pengetahuan, yang sekaligus dapat menjadi bencana bagi manusia. Dampak yang dihasilkan oleh perkembangan teknologi tergantung pada kesiapan manusia itu sendiri. Ketakutan farmasis terhadap pengambilalihan tugas apoteker oleh robot bukanlah kesalahan dari perkembangan teknologi. Ketakutan tersebut lebih kepada kelambatan adaptasi sistem pendidikan yang berujung pada SDM yang kurang relevan dengan perkembangan zaman. Selain itu, calon-calon farmasis masa depan juga harus menyesuaikan diri terhadap perkembangan yang ada. Salah satu caranya adalah dengan mempelajari hal yang tidak diajarkan di bangku kuliah. Dampak dari kotak Pandora tersebut kembali kepada pilihan umat manusia, apakah akan menjadi hadiah atau malah menjadi sebuah bencana.

 

Referensi:

CNBC.com, Andrew Zaleski, special to. “Duane Reade’s Need for Speed: Pharmacy Robots Are on the Rise,” November 15, 2016. https://www.cnbc.com/2016/11/15/duane-reades-need-for-speed-pharmacy-robots-are-on-the-rise.html.

Harari, Yuval Noah.2018. Homo Deus: A Brief History of Tomorrow. London: Harvill Secker.

“How It Works.” PillPack. Accessed December 9, 2018. https://www.pillpack.com/how-it-works.

Jr, Tom Huddleston. “Meet TJ Parker, CEO of PillPack, Which Amazon Bought for $1 Billion,” June 28, 2018. https://www.cnbc.com/2018/06/28/meet-tj-parker-ceo-of-pillpack-which-amazon-bought-for-1-billion.html.

“New UCSF Robotic Pharmacy Aims to Improve Patient Safety.” UC San Francisco. Accessed December 9, 2018. https://www.ucsf.edu/news/2011/03/9510/new-ucsf-robotic-pharmacy-aims-improve-patient-safety.

Steiner, Christopher. 2012. Automate This: How Algorithms Came to Rule Our World. London: Portofolio Penguin.



Esai "Mengintip Kotak Pandora Masa Depan Dunia Pelayanan Farmasi" mendapat penghargaan esai terbaik pada kompetisi Hari Ilmiah Farmasi 2019 tingkat Fakultas yang diadakan oleh BEM KM Farmasi UGM 2019. Esai ini merupakan versi perbaikan dari esai yang pernah saya buat untuk kompilasi esai Kajian Strategis dan Eskalasi Isu BEM KM Farmasi UGM 2018.

 

Komentar