Catatan Mahasiswa Semester Akhir #4: Persimpangan Jalan

Persimpangan Jalan


Semester akhir waktu-waktunya menggabut, karena mata kuliah udah dihabisin, tinggal skripsian. Bagi sebagian (malah mungkin mayoritas) kawan seangkatan udah lulus, tipikal anak UGM pokoke kebut kabeh wae. Barangkali sebagian dari mereka mulai selo waktunya, ngga sesibuk dahulu waktu masih ambil 20+ SKS dan aktif kuliah. Sibuk nggarap praktikum, tugas dan ambis masing-masing macam organisasi, kepanitiaan dan lomba. Akhirnya dunia serasa kosong hahah, biasanya hektik ini itu sekarang ngga tau mau ngapain. Di saat inilah aku melihat fenomena kalau mereka akan mulai melakukan apa yang mereka sukai untuk mengisi waktu luang.

Aku baru menyadari kalau beberapa akun instagram kawan-kawan ku mulai berubah, mereka mengisinya dengan minat masing-masing. Ada yang hobi kerajinan tangan, dia mbikin paper quilling, boneka kayu dan teraterium. Bagus juga karyanya. Dia juga buka di tokped dan shopee, aku lihat sudah dibeli beberapa. Ada juga yang hobi nggambar, second accountnya yg untuk posting karya gambarannya makin sering posting. Ada juga yang hobi fotografi, makin banyak postingan fotonya. Kawan lain juga sempet bikin podcast, ada yang buka channel youtube.

Menyenangkan sekali melihat mereka mulai mengambil persimpangan jalan masing-masing. Kita yang dididik di institusi yang sama dengan kurikulum yang sama, mulai mengambil pilihannya sendiri yang barangkali tidak linier dengan studi 4 tahun di kampus biru. Tapi tak mengapa, aku rasa pikiran ini justru terlalu sempit ketika kita membatasi diri sendiri dengan hasil gacha SBMPTN dan SNMPTN yang dikapai untuk menentukan jalan seumur hidup. Kalau minat emang linear ya Alhamdulillah, berarti ngga rugi waktu dan sumber daya. Tetapi kalau memang ngga minat, masih banyak jalan dan kesempatan yang ada diluar sana.

Pada akhirnya ketika kita berbicara tentang studi sarjana, aku rasa tidak ada yang mewajibkan kita untuk kerja sesuai dengan apa yang dipelajari selama 4 tahun. Barangkali pendidikan sarjana adalah wadah untuk membentuk karakter diri seperti disiplin dan kerja keras. Basicnya itu, spesialisnya ya sesuai dengan jurusan masing-masing. Almamater juga membantu membentuk karakter unik masing-masing lulusannya. UGM misalnya, HRD mungkin sudah kenal ciri khas lulusan kampus biru jika dibandingkan lulusan UI atau ITB. Karakter basic itulah yang bisa membawa lulusan sarjana dari almamater masing-masing untuk berperan di masyarakat nanti. Mau jadi apapun, silahkan.

Aku ingat sekali salah satu acara di fakultas pernah mengundang kepala desa terbaik yang ternyata adalah alumni fakultasku. kuliah 8 tahun, IPKnya dua koma. Foundernya kadogama (keluarga DO gadjah mada) aoakowka. geli banget. menarik sekali mahasiswa yang let say tidak prospek sama sekali malah dapat award dari UGM sebagai alumni berprestasi, yang blio bekerja jauh dari apa yang dipelajari selama 8 tahun (plus profesi xixixi).

Ya, pada akhirnya seperti yang aku bilang, kepala kita terlalu sempit kalau hanya membatasi diri sendiri dengan hasil gacha seleksi masuk ptn.

Komentar