Catatan Mahasiswa Semester Akhir #10: de beste plek ter wereld


Aku baru saja membaca salah satu novel favoritku sepanjang masa, trilogi Negeri 5 Menara. Di buku keduanya, tokoh utama membuat "Surat Perjanjian dengan Diri Sendiri". Tokoh utama yang merupakan anak miskin dari Maninjau ingin merubah nasibnya saat kuliah di Bandung. Aku jadi terinspirasi untuk membuat yang sama.


Perjanjian dengan Diri Sendiri

Lu bukan anak kyai. Lu bukan anak akademisi.
Lu bukan anak pejabat. Lu bukan anak orang kaya.
Lu bukan anak keluarga yang di atas rata-rata.
Lu terlahir di antara orang yang biasa saja.

Tapi lu tau, mimpi yang lu punya setinggi gunung.
Sederas air terjun. Seindah Langit.
Dan segemerlap bintang-bintang.
Dan lu ngga mau hanya bermimpi, lu ingin bangun
dan benar-benar mewujudkannya.

Lu bukan anak siapa-siapa.
Lu ngga punya previlej apa-apa.
Karenanya,
Lu harus kerja keras. Komitmen. Ikhlas.
Lu harus lakuin lebih baik dari orang lain.
Lu harus disiplin. Lu harus serius.
Ada tempat yang harus lu kunjungi.
Ada kondisi yang harus lu rasain.
Ada janji kepada diri sendiri,
Yang harus lu tepati.

Bismillah.
Man Jadda Wajada
Man Shabara Zhafira
Man Saara Ala Darbi Washala

Ada hal yang dihantam dengan kerja keras, namun tidak akan pernah berhasil: kemiskinan struktural. Mereka bekerja sekeras apapun akan terus berada di lingkaran kegagalan. Hanya keajaiban Langit dan cerita di sinetron yang bisa menolong mereka. Dan kamu tau, kamu bukan diantaranya. Kamu memiliki kesempatan emas untuk mewujudkan apa yang kamu inginkan. Cita-citamu, mimpimu, harapanmu. Kamu sedang berdiri di sumber mata air kebijaksanaan. Kamu berada di sekolah-sekolah terbaik di bidangnya, Bulaksumur dan Krapyak. Kamu lahir dari keluarga yang stabil, paling tidak uang bulanan masih ditanggung orang tua. Kamu memiliki koneksi dengan teman-teman terbaik, yang siap ditanyai dan diminta tolong kapanpun. Kamu juga sudah mengukir pengalaman yang unik, barangkali bisa menghias curriculum vitaemu.

Kamu mungkin mengeluh dengan segala kondisi yang tidak nyaman. Sarana yang belum memadai. Fasilitas yang kurang. Kamar tanpa kasur dengan teman-teman yang selalu berisik bermain Mobile Legend saat malam. Laptop layar mati yang membuatmu tidak mungkin lagi skripsian di perpustakaan atau kafe. Rumah yang tidak benar-benar membuatmu bisa pulang. Tapi mengeluh tidak akan menyelesaikan apapun. Tidak ada yang merasa rugi dengan keluhanmu, kecuali dirimu sendiri. Ada banyak kesempatan yang kamu lewatkan saat sibuk mengeluh dan merawat emosi negatif. Padahal senyatanya, diatara segala ketidaknyamanan tersebut yang kamu miliki saat ini tetap lebih baik dari apapun di dunia. Kamu pasti mengerti perihal ini, Tuhan tau apa yang terbaik bagi hambanya. Kalau kata antropolog Roanne van Voorst, bahkan komunitas miskin kota Jakarta termasuk de beste plek ter wereld, tempat terbaik di dunia.

Cita-cita dan harapan ngga semudah itu akan terwujud. Kamu memahaminya. Kalau kata prof. Edy: Kerja keras, Ikhlas, Istiqomah dan Konsisten. Diantaranya banyak jurang harus kamu lewati, ada hutan yang harus dibabat, ada lautan yang harus diarungi. Sepanjang itu kamu akan ditemani oleh seorang musuh. Musuh yang kejam dan tidak akan menyerah untuk menghancurkan mimpimu sampai kapanpun. Musuh itu adalah dirimu sendiri, dengan rasa malasnya, dengan menyerahnya, dengan egois, iri, dengki dan segala emosi negatif lainnya. Kamu memahami, pada dasarnya tidak ada halangan rintang berbentuk fisik apapun yang dapat mengubur sebuah cita-cita. Tidak ada batasan bagi seorang anak manusia untuk bermimpi. Diri sendirilah yang menguburnya dan berhenti berharap. Semoga kamu bisa belajar untuk menghadapi diri sendiri.

Tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa menolongmu kecuali diri sendiri, tentu saja dengan Tuhan yang kamu yakini. Di dunia ini kamu berjuang sebagai a lone wolf. Tidak ada teman yang benar-benar bisa dipecaya kecuali diri sendiri. Ya, menakutkan memang. Kamu harus belajar untuk melawan dunia dengan kedua tangan yang kamu miliki. Allah tidak akan mengubah sebuah kaum, sebelum kaum itu mengubah dirinya sendiri. Maka berusahalah dengan keras untuk mengubah nasibmu sendiri.

Di sini, aku berjanji. Dengan saksi diriku sendiri, juga diriku di masa lalu sekian menit yang lalu hingga sepersekian detik yang lalu, juga kalian yang barangkali tidak sengaja membaca tulisan ini. Aku akan berusaha dengan keras untuk mengubah nasibku sendiri, apapun halangan yang kepalaku buat sendiri akan berusaha aku lawan. Mewujudkan apa yang aku impikan, berikhtiar terhadap apa-apa yang aku doakan. Semoga Allah membantu menguatkan panca inderaku, mengencerkan otakku, membakar semangatku, mengendalikan nafsu burukku. Semoga tujuanku lurus, untuk Allah, agama, nusa, bangsa, almamater dan keluarga.

Di sini, aku berjanji. Aku akan menyadari bahwa aku sedang berada di tempat terbaik di dunia. De beste plek ter wereld.

Krapyak, September 2021

Komentar